PATI, PortalMuria.com – Sorak kemenangan menggema dari India ketika Qiken Dwi Tata Olifia, atlet silat muda asal Semirejo, Gembong, Kabupaten Pati, mengibarkan Merah Putih di podium tertinggi. Ia resmi meraih emas pada ajang The 3rd Junior Asian Pencak Silat Championship 2025, Selasa (30/9/2025), setelah menaklukkan pesilat Thailand di partai final kelas D putri.
Gadis yang akrab disapa Qiken Dwi Tata ini tercatat sebagai Srikandi PSHT (Persaudaraan Setia Hati Terate) Cabang Pati. Kemenangan tersebut menjadi torehan sejarah, sekaligus membuktikan bahwa pesilat dari desa kecil bisa mengguncang panggung Asia.
Dari Ekstrakurikuler SMP ke Podium Asia
Qiken menapaki jalan panjang menuju kejayaan. Kariernya bermula dari ekstrakurikuler pencak silat di SMPN 1 Gembong, lalu ditempa di PSHT Cabang Pati. Setelah lulus SMP, ia memilih jalur serius dengan mengikuti seleksi Pusat Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLOP) Jawa Tengah. Selama dua tahun ditempa disiplin latihan ketat, kini hasilnya terbayar manis: medali emas Asia.
Indonesia Bertambah Gemilang
Kejuaraan yang berlangsung 25–30 September 2025 ini diikuti atlet pilihan dari berbagai negara Asia, agenda rutin tahunan PERSILAT. Qiken berhak mewakili Indonesia setelah menjuarai Seleksi Nasional Atlet Silat Junior di Jakarta, awal September lalu.
“Qiken Dwi Tata” kini resmi tercatat sebagai Juara 1 Kejuaraan Pencak Silat Championship di India. Di podium, ia membentangkan Merah Putih dengan senyum penuh bangga sebuah simbol bahwa kerja keras, doa, dan dukungan keluarga mampu melahirkan prestasi luar biasa.
Kebanggaan Pati, Kebanggaan Bangsa
Bagi warga Semirejo dan masyarakat Pati, kemenangan Qiken adalah bukti nyata bahwa daerah bisa melahirkan atlet kelas dunia. Bagi Indonesia, emas ini menambah catatan manis pencak silat di kancah internasional.
Qiken masih muda, tetapi prestasinya sudah mendunia. Ia kini diharapkan menjadi salah satu pesilat masa depan yang akan terus membawa harum nama bangsa, dari gelanggang Asia hingga dunia.
“Dari Gembong untuk Indonesia, Qiken Dwi Tata Olifia buktikan bahwa juara bisa lahir dari desa.”
(Red.)
