KUDUS , PortalMuria.com – Suasana Balai Desa Gamong tegang sekaligus penuh haru. Pemerintah desa menggelar musyawarah besar darurat yang dihadiri Kepala Desa Gamong Nuryanto, Ketua BPD, Kapolsek Kaliwungu AKP Deni Dwi Noviandi, Ketua Gapoktan Tambah Rejeki, hingga perwakilan puluhan kelompok tani.Sabtu malam (13/9/2025).
“Kesepakatan malam ini adalah komitmen bersama agar tragedi ini tidak terulang. Mulai besok seluruh kabel jebakan listrik di sawah wajib dicabut,” tegas Nuryanto.
Para petani pun menyatakan ikrar: mulai Minggu (14/92025), mereka akan mencabut sendiri kabel-kabel maut di lahan masing-masing.
Sawah seharusnya menjadi sumber kehidupan, tapi di Kecamatan Kaliwungu dalam sepekan terakhir justru berubah jadi ladang kematian. Dua warga meregang nyawa akibat praktik jebakan tikus beraliran listrik. Kabel yang dipasang petani untuk menghalau hama, menjelma “jerat maut” yang mengancam siapa saja yang melintas.
Baca Juga : Komunitas Pendaki Muria Kecewa, Plakat Baru di Jalur Argopiloso Dirusak Tak Sampai Sehari
Korban terbaru, Eka Dimas Riyadi (18), mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Kudus asal Desa Gamong, tewas seketika pada Jumat (12/9/2025) malam. Ia tersengat kabel bertegangan tinggi saat melintas di area persawahan. Kabar duka ini memicu gelombang marah publik, terutama di media sosial.
Bupati Kudus, Sam’ani Intakoris, langsung bereaksi. Ia menginstruksikan larangan total penggunaan aliran listrik sebagai perangkap tikus. Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kudus, Didik Tri Prasetiyo, diperintahkan segera menerbitkan surat edaran resmi.
Polisi Turun Tangan
Kapolsek Kaliwungu, AKP Deni Dwi Noviandi, tak segan mengeluarkan peringatan keras.
“Kami akan melakukan pengecekan rutin. Jangan sampai ada lagi jebakan listrik di sawah masyarakat. Risikonya besar, sangat berbahaya. Pemasangan seperti itu benar-benar gila,” katanya lantang.
Alarm Kemanusiaan
Tragedi bertubi-tubi di Kudus ini menjadi alarm serius. Bukan hanya soal teknis pertanian, tapi juga soal keselamatan manusia. Tikus memang menjadi momok bagi petani, namun solusi instan dengan listrik terbukti hanya melahirkan bencana baru.
Kini, masyarakat menanti aksi nyata pemerintah: bagaimana melindungi sawah tanpa lagi mengorbankan nyawa? Karena ladang pangan tak seharusnya berubah menjadi ladang kematian.
(Red.)