Rembang , PortalMuria.com – Ketegangan sempat menyelimuti Rembang pada Senin (1/9/2025). Isu ratusan mahasiswa akan mengepung gedung DPRD membuat aparat memasang tenda pengamanan, pedagang memilih menutup lapak, hingga ibu rumah tangga kebingungan mencari bahan masakan. Namun, situasi berbalik. Aksi besar-besaran itu urung digelar.
Hanya lima mahasiswa Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kabupaten Rembang yang akhirnya masuk ke gedung dewan. Mereka memilih audiensi ketimbang demonstrasi jalanan.
“Keputusan ini bagian dari ikhtiar menjaga keamanan. Kami tidak ingin Rembang jadi korban anarki seperti di daerah lain. Saran para kiai dan tokoh masyarakat juga jadi pertimbangan,” kata Ketua PMII Rembang, Zubairul Kamal I’tazza, mahasiswa STAI Al Hidayat Lasem asal Desa Pandangan Wetan, Kragan.
Tiga Tuntutan Lokal, Satu Seruan Nasional
Meski tanpa aksi massa, PMII tetap membawa agenda tajam. Mereka melayangkan tiga tuntutan lokal: meminta kejelasan arah kebijakan Bupati Harno sejak pelantikan, mengevaluasi kinerja DPRD yang dinilai lesu, serta menuntut transparansi pajak daerah terutama di sektor tambang.
“Kami juga mengkritisi maraknya tambang ilegal yang terus beroperasi tanpa kendali,” tegas Zubairul.
Di level nasional, mereka menolak kekerasan aparat yang menimbulkan korban jiwa. PMII mendesak pembebasan mahasiswa yang ditangkap, penghentian kriminalisasi gerakan mahasiswa, serta percepatan pengesahan RUU Perampasan Aset Tindak Pidana.
Bupati Harno: “Terima Kasih Tidak Terprovokasi”
Bupati Rembang, Harno, menyambut langsung lima perwakilan mahasiswa itu. Ia menyebut langkah dialog sebagai cermin kedewasaan politik.
“Semua sudah saya jelaskan, semua aspirasi kita terima. Alhamdulillah aman, lancar, dan masyarakat tidak terprovokasi. Terima kasih,” tandas Harno.
Ketegangan Sosial yang Tak Jadi Meledak
Meski akhirnya sepi, tanda-tanda kekhawatiran tetap membekas. Tenda besar aparat gabungan TNI/Polri, Satpol PP, hingga Damkar berdiri kokoh di halaman antara kantor bupati dan DPRD. Jalanan Rembang yang biasanya ramai pedagang keliling, pagi itu justru lengang.
“Saya sampai bingung cari bahan masakan. Pedagang langganan saya nggak jualan karena takut ada demo,” ungkap Wijayanti, warga Jalan Pemuda.
Keputusan PMII Rembang membatalkan demo ibarat “menahan sumbu sebelum api menjalar”. Aksi lima mahasiswa di ruang sidang DPRD justru membuka ruang dialog yang lebih substansial, sekaligus mengirim pesan: kritik keras bisa tetap disampaikan tanpa harus menyalakan bara konflik.(Red.)