Pasar Gratis di Lasem: Dari Rakyat, Untuk Rakyat, Menggaung Hingga Peringatan September Hitam

Berita, Rembang17 Dilihat

REMBANGPortalMuria.com – Alun-Alun depan Masjid Lasem, Kabupaten Rembang, Sabtu (27/9/2025) sore hingga malam, berubah wajah menjadi ruang solidaritas. Bukan sekadar pasar, melainkan “pasar gratis” yang menghadirkan pakaian, buku, hingga alat tulis tanpa harga sepeser pun.

Kegiatan ini diinisiasi komunitas anak-anak jalanan Comrades, seniman Genthong Miring, serta pegiat literasi Lentera Kisik. Semua berkolaborasi demi satu gagasan: rakyat saling menghidupi.

“Kita bersama-sama mengadakan kegiatan ini mas. Semua barang dari masyarakat, kembali lagi untuk masyarakat,” tutur Muhammad Nailul Muna, pemuda asal Sedan yang akrab disapa Nael.

Bukan Sekadar Pasar, Tapi Gerakan Ingatan

Lapak pakaian gratis jadi magnet utama. Anak-anak, remaja, hingga orang tua, silih berganti memilih busana dengan wajah sumringah. Namun, di balik itu ada pesan lebih dalam: momentum ini dirangkai sebagai peringatan September Hitam.

Nael menegaskan, acara ini bukan hanya soal berbagi kebutuhan sehari-hari, tetapi juga ruang mengenang korban jiwa saat aksi protes beberapa waktu lalu.

“Kita ingin mengingat saudara-saudara kita yang gugur. Semoga tidak ada lagi peristiwa berdarah, khususnya di Rembang,” tegasnya.

Meriah, Lalu Ditutup dengan Diskusi

Pasar gratis tak berhenti di transaksi tanpa uang. Usai pembagian, peserta gotong royong membersihkan sampah, lalu duduk lesehan menonton bareng film, disambung diskusi. Atmosfernya sederhana tapi sarat makna: ruang publik kembali dihidupkan oleh rakyat.

Respon masyarakat pun membludak. “Yang paling ramai di stand pakaian mas,” ungkap Nael sambil tersenyum.

Akan Berlanjut ke Kota-Kota Lain

Tidak berhenti di Lasem, para pegiat berkomitmen untuk melanjutkan agenda ini di titik-titik lain di Rembang. Mereka ingin memastikan semangat “dari rakyat, untuk rakyat” terus berdenyut, bukan sekadar euforia sesaat.

Catatan Redaksi: Gerakan pasar gratis ini menunjukkan bahwa solidaritas sosial tidak harus menunggu negara hadir. Justru dari ruang kecil seperti Lasem, harapan dan ingatan bisa tumbuh, sekaligus mengajarkan: rakyat bisa saling menopang, tanpa transaksi, tanpa syarat.

(Red.)

News Feed