Doa Bersama di Hari Lalu Lintas Bhayangkara ke-70: Grobogan Darurat Kecelakaan, Korban Didominasi Pelajar

Berita, Grobogan114 Dilihat

GROBOGANPortalMuria.com – Peringatan Hari Lalu Lintas Bhayangkara ke-70 di Mako Satlantas Polres Grobogan, Selasa (17/9/2025), berubah menjadi momen refleksi kelam. Bukan sekadar seremoni, kegiatan doa bersama yang diikuti jajaran kepolisian dan komunitas driver online ini menjadi pengingat bahwa jalanan Grobogan sedang tidak baik-baik saja.

Data Analisa dan Evaluasi (Anev) Januari–Agustus 2025 mencatat 869 kasus kecelakaan, naik 63 kasus atau sekitar 8 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Korban meninggal dunia mencapai 175 jiwa hanya dalam delapan bulan.

“Angka ini bukan sekadar statistik, tetapi nyawa. Mayoritas korban justru adalah pelajar,” tegas Kanit Gakkum Satlantas Polres Grobogan, Iptu Eko Arie.

Pelajar Paling Banyak Jadi Korban

Dari catatan Satlantas, profesi korban terbanyak adalah pelajar (205 orang), disusul karyawan swasta (177 orang), dan mahasiswa (19 orang). Dari segi usia, kelompok 16–25 tahun mendominasi dengan 274 orang, kelompok usia produktif yang semestinya masih menata masa depan.

Jenis kecelakaan paling sering adalah tabrakan depan-samping (312 kasus), disusul tabrakan depan-depan (147 kasus), tabrakan beruntun (24 kasus), serta kecelakaan tunggal yang masih tinggi yakni 137 kasus.

Sepeda motor menjadi kendaraan paling banyak terlibat kecelakaan, dengan total 1.228 kasus, jauh melampaui mobil penumpang (84 kasus) dan mobil barang (138 kasus).

Jam Rawan: Pagi Menjadi “Waktu Maut”

Fakta lain yang mencengangkan, jam rawan kecelakaan justru berada di pagi hari saat orang berangkat sekolah dan bekerja. Rentang pukul 06.00–09.00 WIB tercatat 171 kasus, disusul 09.00–12.00 WIB dengan 127 kasus, serta pukul 12.00–15.00 WIB sebanyak 114 kasus.

Doa Bersama dan Komitmen Perubahan

Dalam doa bersama memperingati Hari Lalu Lintas Bhayangkara ke-70, Eko Arie menegaskan langkah pencegahan harus lebih masif. “Kami tidak hanya edukasi, tetapi juga penindakan tegas. Budaya tertib berlalu lintas harus dibangun, bukan sekadar wacana,” ujarnya.

Refleksi ini menyisakan pertanyaan: jika anak muda paling banyak menjadi korban, siapa yang akan menjaga masa depan Grobogan?

(Red.)