Jepara , PortalMuria.com – Impian meraih masa depan cerah di negeri orang berubah menjadi mimpi buruk bagi Muhamad Faisal (24), pemuda asal Dukuh Kauman, Desa Klepu, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara. Bukannya mendapat pekerjaan layak, ia justru terjebak jaringan perdagangan manusia dan nyaris tak kembali.
Kisah pilu ini berawal tiga bulan lalu. Faisal, yang sebelumnya bekerja di sebuah hotel di Yogyakarta, tergiur tawaran temannya untuk bekerja di Singapura. Kepada orang tua, ia pamit dengan keyakinan penuh akan mengadu nasib di luar negeri. Namun kenyataannya, perjalanan itu justru menyeretnya ke jalur gelap perekrutan tenaga kerja ilegal.
“Awalnya kami mendapat kabar bahwa Faisal sedang menjalani training kerja. Tapi ternyata, itu hanya kedok,” ungkap seorang kerabat.Senin (8/9/2025).
Lolos dari Neraka Penyekapan
Puncak drama terjadi pada Jumat (5/9/2025). Faisal sempat menelepon keluarganya dengan suara bergetar, menyampaikan bahwa ia berhasil melarikan diri bersama tujuh orang lain dari sebuah tempat penyekapan di kawasan perbatasan Thailand–Kamboja.
Mereka menempuh perjalanan belasan jam melintasi hutan, hanya berbekal tekad untuk hidup. Hingga akhirnya, warga pedalaman menemukan mereka dalam kondisi lemah dan ketakutan.
Respons Cepat Pemerintah
Keluarga yang panik segera melapor ke Bupati Jepara, P3MI, hingga Kementerian Luar Negeri. Berkat koordinasi lintas lembaga, Faisal berhasil dipulangkan dengan selamat ke Indonesia.
“Alhamdulillah, korban sudah tiba di tanah air. Kami bersyukur ia masih hidup,” kata perwakilan keluarga dengan mata berkaca-kaca.
Cermin Buram Impian Anak Bangsa
Faisal hanyalah satu dari sekian banyak anak muda dari keluarga sederhana yang tergiur janji manis pekerjaan di luar negeri. Kondisi ekonomi menengah ke bawah membuatnya berani mengambil risiko, tanpa menyadari bahwa ia tengah diperdagangkan.
Kasus ini menjadi alarm keras bagi masyarakat: jangan mudah percaya dengan tawaran kerja di luar negeri tanpa jalur resmi. Pemerintah daerah menegaskan akan memperketat pengawasan sekaligus memberikan pendampingan hukum dan psikologis bagi para korban.
“Perdagangan manusia adalah kejahatan kemanusiaan. Kami akan habis-habisan memeranginya,” tegas aparat berwenang.
Kini, Faisal kembali ke pelukan keluarganya. Namun, trauma dari pengalaman getir itu akan selalu menjadi pengingat pahit: bahwa di balik mimpi merantau, ada jebakan berbahaya yang bisa merenggut masa depan.
(Red.)