Ngaji Bareng Gus Miftah di Pati: Pesan Kerukunan Antarumat Beragama Bergema di Dadirejo

Edukasi, Pati490 Dilihat

Pati, PortalMuria.com Ribuan warga memadati Lapangan Desa Dadirejo, Kecamatan Margorejo, Kabupaten Pati, pada Selasa malam (29/4/2025), dalam acara “Ngaji Bareng Kerukunan Antar Umat Beragama” yang menghadirkan tokoh nasional KH. Miftah Habiburrohman (Gus Miftah). Acara ini turut dimeriahkan oleh Cak Percil CS, Gus Ali Gondrong (Mafia Sholawat), Pak Purnomo, dan Abah Eko.

Diselenggarakan oleh UD. Berkah Daging dan PT. Gama Indo Mahardika, kegiatan ini menjadi wadah untuk menanamkan semangat toleransi dan menjaga keharmonisan antarumat beragama.

Sebelumnya, Gus Miftah juga mengisi kajian khusus di Karaoke Permata Pati yang dihadiri oleh para pemandu karaoke dari berbagai tempat di Pati. Dalam kesempatan itu, ia kembali menegaskan komitmennya untuk terus berdakwah di tempat-tempat yang sering dianggap ‘pinggiran’.

“Saya tidak akan meninggalkan kajian-kajian di klub malam dan tempat hiburan malam. Di sanalah saya merasa dakwah benar-benar dibutuhkan,” tegasnya.

Dalam ceramahnya di Lapangan Dadirejo, Gus Miftah menyampaikan pesan penting soal keberagaman Indonesia. Ia memaparkan data tentang kekayaan budaya dan kepercayaan bangsa Indonesia: 6 agama resmi, 126 aliran kepercayaan, 1.300 suku, 1.728 adat istiadat, dan 700 bahasa.

“Ini artinya apa? Sangat rentan jika orang Indonesia diadu domba. Tapi justru karena itulah, kita harus semakin sering berkumpul seperti ini. Semakin sering menjaga dan merawat kerukunan,” ujarnya.

Gus Miftah menekankan bahwa perbedaan bukan untuk dipertentangkan, tetapi dirawat sebagai kekuatan bersama.

“Beda itu boleh. Yang tidak boleh adalah bercerai-berai. Kita diajarkan bukan untuk saling menabrak, tapi saling menjaga.”

Ia juga mengajak masyarakat untuk tidak terjebak pada simbol-simbol yang memecah belah, melainkan menjadikan kebersamaan sebagai kekuatan. Dengan gaya khasnya yang santai dan penuh humor, ia mencontohkan pengalamannya berinteraksi lintas iman, termasuk saat meresmikan gereja GBI di Jakarta.

“Saya orang pertama yang mengucapkan Selamat Natal ke tetangga Nasrani saya. Tapi langsung saja ada yang bilang, Miftah Kristen! Lah, yang ngucapin Selamat Hari Pahlawan terus jadi Avenger?” selorohnya, disambut tawa jamaah.

Ceramah ditutup dengan pesan kebangsaan yang mendalam:

“Bhinneka Tunggal Ika bukan hanya semboyan indah, tapi panggilan jiwa. Perbedaan bukan ancaman, melainkan kekuatan. Semoga persatuan Indonesia dimulai dari Kabupaten Pati. Di bawah Pancasila dan kepemimpinan Presiden Prabowo, Indonesia semakin makmur dan rukun.”

Acara ini membuktikan bahwa dakwah bisa merangkul semua kalangan, dari lapisan bawah hingga atas, dari tempat hiburan malam hingga lapangan terbuka. Dan dari sinilah semangat persatuan itu tumbuh dan diperkuat. (*)


 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *